Banjir Doa Di Puncak Catu, Apalagi Kalau Banser Yang Berdiri

Sebelum membaca lebih jauh, jangan lupa teguk dulu kopi pahitnya Bli. Karena di negeri yang katanya damai ini, hanya dengan rasa pahit kita bisa belajar mana yang tulus menjaga dan mana yang cuma numpang nama. Kalau lidah sudah pahit, hati biasanya jadi lebih jernih.

Pagi itu, tidak ada firasat istimewa. Saya cuma ingin sarapan nasi pecel di warung Bu Tinuk, sekadar mengisi perut sebelum dunia dimulai. Tapi siapa sangka, di pojok warung, sedang duduk sosok-sosok penting, saya sendiri mendampingi teman sendiri Staf Ahli Badan Gizi Nasional dan tak disangka lagi, rombongan Ketua GP Ansor Pusat. Lengkap dengan pengawalan yang bikin saya sempat berpikir, “Jangan-jangan Presiden RI nyamar pakai seragam Banser?”

Ternyata bukan presiden, tapi presiden moral bagi banyak anak muda yang masih percaya bahwa kerja diam-diam, tanpa pamrih, masih ada artinya. Dari sanalah kisah ini dimulai, sebuah apel besar di Bedugul yang lebih dari sekadar upacara, ini tentang janji, pengabdian, dan air mata yang tumpah diam-diam di balik sorban.

Apel Siaga Banser di Agro Puncak Bukit Catu, Tabanan, pada Minggu 11 Mei 2025, bukanlah apel biasa. Ini adalah deklarasi cinta tanpa syarat pada tanah air, pada keragaman, dan pada tanggung jawab. Di ketinggian yang dinginnya menusuk tulang, semangat para kader GP Ansor dan Banser justru menyala hangat.

Dihadiri Ketua Umum GP Ansor H. Addin Jauharuddin, Sekjen Gus Ahmad Rifqi Al Mubarok, tokoh nasional seperti Ni Luh Djelantik, hingga perwakilan Gubernur Bali, apel ini menjadi saksi bahwa di tengah dunia yang semakin gaduh, masih ada anak-anak bangsa yang tak menuntut apa pun selain diberi izin untuk menjaga negeri.

“Banser itu tidak digaji. Seragam pun dibeli sendiri. Tapi khidmat adalah kemewahan yang tak bisa dinilai dengan uang,” ujar Gus Addin. Ucapan yang sederhana, tapi cukup untuk membungkam semua suara sumbang yang bilang Banser hanya muncul saat ramai. Mereka hadir sebelum diminta, dan pulang setelah semua tenang.

Dari tujuh satuan Banser yang disebutkan dari Densus 99 untuk menangkal radikalisme, hingga Baritim yang jaga laut semuanya berjalan bukan karena perintah, tapi karena panggilan. Mereka mungkin tak viral di TikTok, tapi mereka viral di hati masyarakat yang tenang karena merasa dijaga.

Ketua PW GP Ansor Bali, H. Tommy Reza Kurniawan, menyambut hangat kehadiran para pimpinan pusat. “Kami ini perwakilan Bali, wajah Indonesia yang dikenal ramah. Tapi jangan lupa, kami juga punya barisan yang siap ketika kedamaian diganggu,” ujarnya, setengah santun, setengah menggetarkan.

KH. Abdul Aziz dari PWNU Bali pun mengingatkan bahwa Banser adalah tembok terakhir yang tak pernah runtuh: “Selama Banser berdiri, kerukunan tidak akan goyah. Dan Bali, selama ini, sudah membuktikannya.”

Sambutan dari Gubernur Bali yang diwakili Kesbangpol pun menegaskan bahwa Bali butuh lebih banyak organisasi seperti GP Ansor yang tenang, tapi tegas. Yang santun, tapi sigap. Yang tidak menjual agama, tapi merawatnya dalam tindakan sosial yang nyata.

Sementara Senator Ni Luh Djelantik, dalam gaya khasnya yang galak tapi membela rakyat, mengatakan bahwa “Ansor adalah nafas baru untuk pemuda Bali bukan hanya menjaga, tapi merawat harapan di tengah dunia yang makin bingung membedakan viral dan bermanfaat.”

Acara ditutup dengan doa oleh MDS Rijalul Ansor. Tidak ada yang istimewa, kecuali langit yang mendadak lebih biru, dan udara yang sejuknya seperti menyimpan restu dari para leluhur.

Apel di Bedugul itu adalah pengingat keras tapi lembut bahwa Bali dan Indonesia masih punya anak-anak muda yang tak ingin tampil, tapi siap menanggung. Tak minta upah, tapi siap berkorban. Di era di mana banyak yang bangga jadi viral, Banser tetap bangga jadi penolong yang diam-diam.

Karena bagi mereka, tugas menjaga negeri adalah ibadah. Dan pengabdian adalah kehormatan yang tak perlu dijelaskan.

Salam hormat dari kami yang hanya bisa sarapan di Bu Tinuk, tapi hatinya selalu meletup jika mendengar kata “Banser Siaga!”

#fawaid_al#

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *