Perjuangan Sahabat Muhlisin PAI Denpasar, Ubah Kelompok Preman Menjadi Agen Moderasi Beragama

Ansorbali.com

Mengubah perilaku negatif menjadi positif itu bukanlah hal yang mudah, apalagi di lingkungan perkotaan yang rentan terhadap perilaku negatif. Namun hal ini justru menjadi tantangan sendiri bagi penyuluh agama Islam kota Denpasar sekaligus kader Ansor Bali M. Muhlisin, dalam melakukan penyuluhan di masyarakat. Atas tekadnya, Muhlisin mampu mengajak para eks-preman menjadi agen moderasi beragama.

Sebagaimana seorang penyuluh, Muhlisin menjalankan tugas dengan membentuk kelompok binaan atau majelis taklim untuk menjadi tempat binaan. Muhlisin mengumpulkan para remaja dan orang-orang sekitar yang mau untuk diajak belajar agama di kediamannya. Di tahun pertama, Muhlisin mengumpulkan sebanyak delapan jamaah. Hal ini menjadi awal perjalanan perjuangan hingga menemukan kelompok eks-preman.

“Tidak mudah mengajak orang untuk ikut kajian. Namun kami tetap istiqomah dengan berapapun yang hadir. Hasilnya ternyata lambat laun semakin banyak yang ikut kajian dirumah,” paparnya.

Selain mengajarkan kajian agama, Muhlisin juga mengajak jamaahnya untuk sharing tentang aktivitas kesehariannya. Tanpa disangka, salah satu jamaah berkeluh kesah bahwa dia pernah di tolak di sebuah Masjid karena memiliki banyak tato. 

“Salah satu jamaah bercerita bahwa dulu seorang yang hidupnya di dunia malam, namun tatkala akan berhijrah justru mendapat penolakan. Akhirnya dia datang kepada kami dan kami ajak ngaji bersama,” lanjutnya.

Muhlisin kemudian meminta jamaah tersebut untuk mencari rekan sejawat yang juga ingin hijrah agar dapat dibina bersama. Seiring berjalanya waktu sampai akhirnya terkumpul 35 jamaah yang siap mengikuti majelis taklimnya.

Muhlisin melihat ada potensi tersembunyi dari para jamaah yang notabene eks-preman tersebut. Perlahan Muhlisin mulai mengarahkan jamaah untuk meninggalkan perbuatan negatif dan mengubah menjadi positif.

“Saya mengajak jamaah untuk bersosial masyarakat, melupakan masa lalu dan berbenah men

jadi lebih baik. Kemudian saya berikan tugas untuk menjaga keamanan dan kerukunan umat beragama di Kampung Mekar (daerah binaan),” kata Muhlisin

Para jamaah eks-preman rupanya tidak terbebani dengan tugas yang diberikan oleh penyuluh agama Islam tersebut, dan justru sangat antusias. Melihat hal ini Muhlisin mulai menyusun program yang kemudian diberi nama SERASI (Semangat Bina Eks-Preman Menjadi Agen Moderasi).

“Ada empat pilar program Serasi diantaranya adalah; Sinergitas, Edukasi, Rehabilitasi dan Aksi. Keempat ini harus dipahami jamaah dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Sinergitas yang dimaksud Muhlisin adalah membangun sinergi dengan berbagai stakeholder diantaranya tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga atau instansi pemerintah dan organisasi masyarakat. Tujuannya adalah agar jamaah dapat diterima ditengah-tengah masyarakat. 

Kemudian Edukasi adalah memberikan pemahaman atau wawasan kepada jamaah mulai dari wawasan keagamaan, wawasan sosial dan wawasan moderasi beragama. tujuannya adalah untuk memberikan bekal kepada jamaah dalam menjalani kehidupan sosial bermasyarakat serta siap menjadi agen moderasi beragama.

Selanjutnya Rehabilitasi adalah memberikan wadah bagi jamaah eks-preman untuk berubah. Jamaah diharapkan mampu meninggalkan kegiatan negatif di masa lalu dan fokus menjadi lebih baik dari sekarang hingga masa yang akan datang.

Terakhir adalah Aksi merupakan implementasi dari semua program yaitu bagaimana jamaah mampu mengamalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Jamaah diminta aktif dan mampu berkontribusi kepada masyarakat salah satunya dengan menjadi agen moderasi beragama. Dalam hal ini, penyuluh dapat memantau perkembangan jamaah atas bimbingan yang telah diberikan.

Dengan program tersebutnya, hasilnya berdampak positif baik dari pribadi jamaah maupun di tengah masyarakat. Jamaah eks-preman menjadi pribadi yang positif dan di masyarakat  dapat diterima dengan baik. Selain itu, jamaah binaan kini telah dipercaya untuk menjadi agen moderasi beragama oleh para tokoh, baik tokoh agama maupun tokoh masyarakat.

 

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *